Aku Masih Cinta Kamu (My Love Story)

Kupandangi isi chat kita. Masih ada rasa. Kuingat-ingat lagi saat-saat chat denganmu. Begitu menggebu-gebu. Aku yang selalu mengejar kamu. Aku tidak cantik kamu pun juga tak tampan. Tapi kita  sepasang kekasih. Buat kami fisik tidak mewakili perasaan kami. Yang ada hanya kita berdua yang lainnya ngontrak.

Gila ya, bahkan menulis pengalaman cinta kita aja aku udah nggak bisa. Ke mana kemampuan menulis aku? Rasanya hilang ditelan bumi.

Aku yang pertama kali chat kamu dengan kata-kata, “Mau nggak dipoliandri?” Emang ya tarikan jodoh itu nggak akan pernaah salah. Entah kode-kode semesta apa yang ngebuat aku chat pertama kali ke kamu kayak gitu. Lalu, berikutnya yang tersisa di diriku seolah hanya itu-itu saja. Cinta yang menggebu-gebu.

Aku sama sekali sudah lupa isi chat kita apa aja. Sudah kuhapus. Dan nomormu sudah kublokir. Itu semua demi ketenangan batinku. Kalau tidak, aku akan mengejarmu seperti kesetanan. Bagaimana kabarku? Aku baik-baik saja. Aku mencoba bermain-main perasaan dengan laki-laki lain tapi pribadi mereka tak semenarik dirimu tentu saja. Mereka seperti cowok-cowok kebanyakan yang membuatku cepat hilang penasaran dan mudah sekali bosan. Aku ingin kamu. Kamu yang dulu. Kamu lugu, polos, cuek dan pendiam.

Perasaanku saat mengejar-ngejar kamu begitu luar biasa. Aku serasa menjadi singa betina. Aku pun bisa serta merta nekat dan berbuat gila hanya demi kamu. Seperti contohnya aku kabur ke Solo hanya untuk ketemu kamu dan berangkat pukul 3 dini hari?? Membohongi seluruh keluargaku hanya demi bertemu kamu? Kegilaan yang patut kusyukuri karena kamu. Karena cinta mengalahkan segalanya.

Hubungan kita memang pasang surut. Kamu sempat membuatku galau berhari-hari karena kamu marah dan memblokirku sewaktu kuchat, “Aku akan nikahin kamu dan keluargaku bakalan dateng kerumahmu. Karena aku udah tahu alamatmu.” Aku beneran nggak mengira kalau kalimat menikah sungguh horor buatmu. Hatiku remuk waktu sehari saja aku tidak bisa chat kamu. Aku uring-uringan. Tidak mau makan, telat masuk kantor, anxie kambuh dll.

Aku pun masih ingat drama yang kamu buat dua kali untuk menipuku. Kamu bikin second account sebagai cowok lain yang ngajak kenalan aku. Mulanya aku nggak ambil pusing sama alter kamu tapi karena itu kamu, mau kamu jadi alter apapun aku akan tetep suka. Jadilah alter kamu nembak aku, dan ternyata kamu langsung bilang putus dan bilang kalo akun yang nyamar ini kamu. Astaga! Aku nggak ngira kamu sedrama itu hanya untuk ngebuktiin kalo aku ini setia apa nggak. Dan kamu lakukan itu ke aku nggak cuma sekali tapi dua kali. Entah aku yang bego atau kamu yang paranoid.

Kamu itu yaaa. Bisa dihitung jari manggil aku “Sayang”. Sedangkan aku tiap kali chat pasti selalu manggil kamu “sayang”. Tapi aku berbunga-bunga waktu kamu bilang, “Aku malam ini udah nggak nonton bola demi nemenin kamu.”

Sayang ya menikah suatu kehororan buat kamu. Kamu bilang karena status sosial kita beda. Dari pendidikan dlsb. Padahal aku nggak peduli. Mau kamu cuma pemulung sampah lulusan SMA kalau udah cinta ya mau gimana? Tapi ini kata-kata mu yang ngebuat aku merenung, “Menikah itu bukan hanya kita berdua. Tapi keluarga kita juga.” Aku emang nggak bisa bayangin ibuku yang super perfeksionis punya mantu kayak kamu atau abang aku yang super protektif punya adik ipar kayak kamu. Tapi seandainya saat itu kamu yakin sama aku dan kita mau berjuang bersama-sama pasti akan ada jalan.

Aku senang waktu ngobrol agak ndakik-ndakik sama kamu.  Walaupun kamu lulusan SMA pengetahuan kamu nggak bisa diremehin dan bahasa inggris kamu jago karena dari pengalaman dan banyak baca troll bola.

Yang jelas semuanya udah masa lalu. Semuanya itu udah jadi kenangan buat aku. Semoga kamu bahagia selalu dan bisa nemuin pengganti aku.

 

Curhat Sabtu

Saya menyerah menulis romance. Saya tidak ada feel dan ide sama sekali. Saya harus lebih disiplin dari ini. Saya akan memulai membuat tulisan tentang horor dan thriller. Tapi kejenuhan saya nggak bisa hilang. Saya ngantuk selalu. Bahkan di kepala saya tidak ada ide untuk menulis sama sekali. Tidak ada semangat untuk menulis sama sekali.

Buntu

Saya butuh lingkungan baru dan kenalan-kenalan baru.  Lingkungan kerja saya yang sekarang buat saya buntu. Saya tidak ada ide sama sekali. Saya tidak bisa menulis. Saya tidak bisa memikirkan hal kreatif lain selain matematika. Tolong! Saya ingin menulis lagiiiiiiiiiiiiii….

 

Kosong

jin-kamar-kosong

Teruntuk jiwa-jiwa yang merasa kosong. Nikmatilah kekosongan kalian selagi masih ada waktu karena itu berharga. Nikmatilah kesepian kalian karena suatu hari nanti boleh jadi dunia kalian akan menjadi hiruk pikuk. Dunia kalian yang kosong ini akan dijadikan sebuah ajang untuk berpikir dan merenung, mencipta dan berkhayal. Dengan kekosongan kalian melepas nafsu dunia. Dan itu baik. Pernah kalian menyadari ketika dunia kalian atau pikiran kalian tidak kosong dan pasrah kalian diselimuti oleh ketamakan dan keserakahan? Yang membuat kalian tampak seperti binatang? Bagi yang dikoyak-koyak sepi seperti yang dikatakan Chairil Anwar saya tidak akan menyumpahi Anda dengan mampus! Melainkan, selamat! Selamat karena kalian telah menembus batas-batas kenikmatan yang tidak semua orang bisa merasakannya. Manusia-manusia yang selalu sibuk dengan hidupnya akan selalu terlilit problema yang membuatnya sulit berpikir dan mencipta.

Saya pernah terbelenggu oleh suara-suara bising yang membuat saya gila. Terpujilah orang-orang yang didalam kepalanya kosong. Jika saya bisa saya saat itu benar-benar ingin melepas kepala saya sejenak saking bisingnya suara dalam kepala. Dan sekarang setelah saya pelan-pelan mulai stabil dan tenang suara-suara bising dalam kepala itu sudah tidak mengganggu saya lagi. Lalu saya memasuki masa-masa kegamangan dan jiwa yang menjadi kosong dan kerontang. Kembali nalar saya dirusak oleh kekosongan dan kegamangan. Kesepian menjadi selubung kulit yang menyelimuti. Gelap. Tapi dari kegamangan, kekosongan, dan kesepian itu pikiranku berkelana liar. Mencipta. Kemudian, seperti orang kesetanan aku menulis seperti orang gila selama sembilan bulan. Dan lahirlah naskahku yang pertama. Dalu Candrama. Kekosongan memang menyiksa tapi itu adalah sebuah proses penempaan agar kamu menjadi manusia merdeka dan berdaulat. Kekosongan membuatmu pasrah sekaligus merenungkan arti diri ini di dunia. Berbahagialah kamu menemukan kesempatan emas untuk merenung di tempat sunyi dari hiruk pikuk dunia. Dengan kekosongan kamu akan lebih melihat kedalam jiwa. Merasa-rasa. Berhenti dan hening. Pasrah.

Cowok Baru

Jadi ceritanya gue kan main tinder ya. Terus ketemu cowok yang mukanya kayak anak-anak. Cowok ini cukup agresif. Doi ngechat gue duluan. Terus minta ketemuan.

Janjiannya hari apa lupa tapi minta ketemuannya kamis sore. Menjalang hari H doi nggak ada kabar. Udah nggak enak perasaan aja gue bakal di ghosting. Doi minta nomor wa gue tapi nggak gue kasih, gue mintanya lewat Line aja. Di Line nggak ada kabar, yaudah gue ngomong pedes aja: Cowok kayak kamu itu banyak. Palingan nanti juga ngilang. Eh ternyata hari H doi ngabarin dan bilang jadi ketemuan. Gue dateng duluan berhubung doi ketiduran jadinya telat. Janjianlah ketemuan di J.Co Mall Ciputra Cibubur.

Untuk ngilangin bosan, gue bawa buku dan gue bilang ke dia: Gue di J.Co lagi baca buku. Eh pas ketemu ternyata doi cute banget. Kulitnya putih dan bibirnya merah. Lucuk pokoknya. Gue heran kenapa gue dandan nggak maksimal banget buat ketemu dia. Cuma bedakan pake bedak marks dan lipstik Arab (hahahaha, sori gue nggak skinkeran).

Pas doi dateng dia nanya gue baca buku apa?

Gue jawab: Tuhan, Izinkan aku menjadi pelacur!

Terus  dia nanya buku tentang apa itu?

Gue  jawab: Buku tentang seorang muslimah radikal yang berubah jadi pelacur. Buku ini kontroversial banget. Bahkan penulisnya sempat dihujat banyak orang dan dituduh pembunuh. Gue jelasin: Dan menariknya penulisnya menjelaskan pembelaan dia terhadap hujatan-hujatan terhadap dia.

Terus anehnya mimik dia kayak nggak setuju gitu soal buku itu. Dia bilang: Buat apa dia nulis tentang ini?

Terus gue juga cerita ke dia kaalo gue mau buat novel tentang cerita cinta antara pelacur dan cowok alim.

Terus dia bilang: Kalo ada cowok tertarik sama pelacur artinya bukan cowok alim dong?

Gue bilang: Bisa aja karena mereka kebetulan ketemu.

Dia bilang: Emang ketemunya gimana?

Gue bilang: Kan ceweknya lagi mangkal terus nggak sengaja ketemu cowok alim yang pulang pengajian.

Terus dia bilang: Lah berarti cowok itu nggak alim-alim amat dong kok bisa ke tempat cewek kayak gitu mangkal?

Gue bilang: Kan ceweknya duluan yang memulai percakapan.

Dia bilang: Contohnya kayak gimana?

Gue bilang:  Gue belom ada contoh percakapannya tapi si cewek yang mulai duluan.

Terus dia menyimpulkan: Oh, menggoda?

Abis itu gue sama dia nonton US filmnya Lupita Nyong’o. Filmnya masih harus nunggu selama kurleb satu setengah jam. Disitu kita ngobrol-ngobrol.

Gue bilang: Aku pengen deh nyobain deg-degan kalo jalan sama cowok. Rasanya udah lama nggak ngerasain deg-degan. Aku pengen nyobain ada kupu-kupu terbang di perut.

Terus dia bilang: Emang kamu mau dibuat deg-degan?

Gue bilang: Nggak. Nggak mau. (Pikiran gue takut doi aneh-aneh atau grepe-grepe gue. Kan gue nggak mau).

Terus gue bilang tentang: Tau nggak kasus Pers Mahasiswa USU yang dipecat sama rektor gara-gara ceroen lgbt.

Tiba-tiba dia bilang: Kamu pro lgbt atau kontra nih?

Gue bilang: Pro.

Terus dia bilang: Lgbt itu menjijikkan banget.

Gue bilang: Tapi kan mereka manusia

Dia bilang: Iya tapi menjijikkan. Lingkungan pergaulannya menjijikkan banget.

Gue bilang: Terus mereka harusnya diapain? Dibunuh gitu?

Dia bilang: Ya nggak. Harusnya mereka belajar dari yang udah sembuh. Banyak kok tokoh-tokoh yang udah sembuh (gue lupa nanyain siapa aja. Takutnya doi omdo). Kayak misalnya gini. Aku orangnya pemarah  terus apa kita nggak mau berubah agar jadi lebih baik? Nggak ada buktinya kalo lgbt itu karena genetika. Di Indonesia juga lgbt masih tergolong penyakit kejiwaan kan?

Terus gue bilang: Iya tapi di WHO lgbt sudah tidak tergolong sebagai penyakit. Dan panduan kejiwaan kita juga udah ditegur oleh badan kesehatan Amerika karena masih menggolongkan lgbt menjadi penyakit.

Tapi doi kekeuh: Aku juga pernah punya temen agak melambai gitu waktu sd. Dan ternyata itu karena didikan orang tuanya. Ternyata orang tuanya tidak membeda-bedakan didikan temennya sama kakak2nya yang perempuan semua itu. Jadi kalo temennya ikut masak2an dia ikut. Nggak dilarang sama ortunya. Jadi lgbt itu karena pergaulan dan didikan juga. Lingkungan sih sebenernya.

Entah kenapa disini gue nggak bisa berargumen sama dia. Dia jago ngomong  banget, guenya lemot.

Terus tiba-tiba dia bilang: Jadi kalo kita melihat suatu masalah dilihat teori yang pro dan kontranya biar kita bisa lebih luas wawasannya. Pernah denger nggak kalo perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif. Menurut kamu masuk logika nggak?

Gue nggak ngejawab.

Dia ngelanjutin: Logika nggak kalo perokok aktif harusnya juga ngisep asap rokok nya kan? Mereka bilang perokok pasif lebih berbahaya karena ngisep asap rokoknya. Itu pembohongan publik kan namanya. Padahal ya kalo sesama perokok lagi ngerokok, logis nggak kalo mereka saling hirup asap rokok? Pasti iya dong.

Melihat analisis yang jelas-jelas salah ini gue hanya melongo bloon nggak punya argumen.

Terus dia ngelanjutin: Oiya sekarang aku juga lagi mendalami flat earth.

Apa pula ini? Oke gue mutusin ikutin aja apa kata dia.

Terus gue bilang: Tapi kan bumi itu bulat (Bodohnya gue nanggepin bahasan nggak mutu ini)

Dia bilang: Tahu darimana? Coba google deh jumlah satelit yang mengorbit di bumi.

Gue pun nurut: Ada 4857.

Dia bilang: Mungkin nggak. Terus coba googling deh kecepatan satelit berapa?

Gue pun menjawab sekian (Maaf lupa! Google sendiri ya)

Dia bilang:Mungkin nggak satelit dengan sebanyak itu mengorbit dengan kecepatan segitu? Flat earther itu sebenernya males diajak debat karena tim bumi bulat cuma bully bisanya, tapi nggak bisa jawab.

Gue percaya ini bullshit kata-katanya dia karena gue pernah baca peneliti LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) pernah menjawab keraguan semua flat earther dengan ilmu astrofisika. Dan semua jawaban Prof LAPAN itu masuk akal bagi yang belajar fisika.

Dia lanjut lagi: Dan tokoh bumi datar itu bukan orang sembarangan. Bahkan ada yang profesor2. Dan ini tuh semua soal duit. Tahu kan dunia disetir segelintir orang (what??? dia ngomongin New World Order gitu. Sampai kapan bullshit ini berlanjut kawan??)

Gue pun diem aja. Sambil menertawai ke absurditasan ini. Dari mulai jijik dengan lgbt dan kemudian bumi datar kemudian NWO. Sudah dipastikan otak kita sangat berbeda.

Bahkan dia bilang: Kamu percaya nggak kalo matahari dan bulan itu mengelilingi bumi?

Gue jawab: Nggak.

Dia bilang: Padahal ada loh di Al-Qur’an. Dia terus nunjukkin ayat dimana dibilang matahari dan bulan berada pada garis edarnya masing-masing.

Gue bilang: Matahari emang beredar. Dia berotasi. Dia juga mengorbit ke bintang yang lebih besar.

Perbincangan kita pun diakhiri karena sudah waktunya masuk bioskop.  Di awal-awal film dia ngantuk, terus minat pinjem bahu gue buat tiduran. Antara gue kasih dan nggak. Gue tetep duduk tegak sementara dia miringin badannya terus senderan di bahu gue. Sama sekali gue nggak deg-degan. Mungkin karena obrolan sebelumnya yang ngebuat gue nggak nyaman. Apa jadinya kalo gue kasih tahu kalo gue feminist dan libertarian? Bisa hancur dunia persilatan.

Sekarang udah 3 hari sejak ketemuan dan doi nggak bisa dihubungi di Line. Yaudahlah mungkin nggak jodoh. Padahal yang ngarepin dia jodoh ama gue, dia duluan.

Komen dong temen-temen. Baiknya cowok kayak gini patut diperjuangkan apa nggak ya? Ada kemungkinan bisa mengubah pola pikir dia nggak ya?

 

Mencoba Menulis Lagi…

Sangat sulit mencoba menulis lagi. Otak ini sudah berkarat. Banyak ide tapi nggak bisa melanjutkan ceritanya. Apa saya nggak cocok nulis romance ya? Apa lebih cocok nulis thriller atau misteri? Kayaknya hati saya segelap film-film misteri deh, nggak cocok nulis romance yang berbunga-bunga. Imajinasiku buntu. Apa yang harus kulakukan? Kehidupan dinamis yang memicu inspirasi tak kudapatkan. Bahkan untuk menulis blog yang isinya sebuah curahan hati saja sulit. Mikirnya lama. Buntu… buntu… buntu… buntu… buntu… buntu…

Bener kata Mbak Marina. Aku butuh liburan. Aku butuh wangsit. Aku butuh muse. Aku butuh lingkungan baru. Kerja di GO ini bikin otakku lelah dan nggak bisa kreatif sama sekali.

Menulis itu….

Menulis tanpa tahu akan di respon itu benar-benar tidak enak ya? Makanya sulit berlatih menulis karena kita tahu pasti tulisan saya tidak akan ada yang merespon kayak di  wordpress ini. Makanya saya lebih suka menulis di Facebook karena saya tahu ada yang akan merespon tulisan saya. Baik dengan likes atau comment. Emang bener ya likes dan comment itu dopamin berwujud lain, hahaha.

Oiya, saya ingin membuat cerita tentang gadis feminist yang mengejar-ngejar cowok. Kayak aku sama gyen…

Kayaknya cerita aku sama gyen pantas dibukukan. Tapi aku sedang berkubang dalam kemalasan, haha (tawa getir yang biasa).

Bagaimana ya biar tidak malas menulis? Saya bingung. Tapi karya yang bagus itu kayak bunga yang banyak nektar, mau diselipkan kayak apapun juga pasti banyak kumbang yang akan berhasil menemukannya.